Ane terus mencari dari gerbong satu ke gerbong yang lain. Hari ini kekasihnya Reno akan melanjutkan sekolahnya ke Perguruan Tinggi di Jakarta. Walau belum lama kenal, Ane sangat menyukai Reno. Ane tak dapat menemukan Reno. Tak lama kemudian kereta itu berangkat, seseoarang melambaikan tangan kepada Ane. Itu Reno. Ane berusaha meraih tangannya tapi tak bisa. Ane hanya bisa menangis. Kereta semakin cepat berjalan. Entah berapa lama Ane tak dapat bertemu dengan Reno. Tapi ia berjanji kalau lulus sekolah nanti dia akan menyusul Reno ke Jakarta.
“Reno jangan tinggalin aku.”
“Selamat jalan, Ane, jangan lupain aku tunggulah aku,” kata Reno kemarin malam sebelum dia pergi.
Hari-hari berjalan seperti biasa, sudah lima bulan Ane tak bertemu Reno. Ane sudah mulai terbiasa. Tapi Ane tak dapat menghilangkan rasa kangen dan kesepiannnya. Entah mengapa sudah sebulan Ane tak tahu kabar dari Reno, mungkin dia sibuk. Ane juga sibuk sekarang, karena sebentar lagi dia akan Ujian Nasional, dia sibuk belajar agar dia lulus sehingga dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dan menyusul Reno. Akhir-akhir ini Ane merasa gelisah, setiap hari Reno muncul di dalam mimpinya. Dia tak tahu apa artinya ini, berarti baik ataukah buruk.
Suatu malam Ane bermimpi, dia sedang berada di padang rumput yang luas yang rumputnya hijau-hijau, di sana Ane melihat Reno. Reno berjalan terus. Ane mencoba memanggil Reno, tapi Reno tak menoleh. Lalu Ane mengejar Reno, walaupun dia lari tetapi Reno tak dapat terkejar. Ane merasa Reno akan meninggalkannya. Ane pun terbangun dari tidurnya. Dia sadar itu hanya mimpi, Reno tak mungkin meninggalkannya.
Sesampai di sekolah, Ane menceritakan kejadian-kejadiannya dalam mimpi pada sahabatnya Vivi. Vivi pikir mimpi adalah bunga tidur. Ane tak boleh memikirkan hal itu.
“Vi, beneran deh mimpi semalem bener-bener seperti nyata, Reno tuh ninggalin aku, dia nggak menoleh saat aku panggil.”
“Udah deh, Ne, mimpi itu cuman bunga tidur, semua itu nggak nyata. Mungkin gara-gara kamu mikirin Reno terus sampai kebawa mimpi kamu waktu loe tidur,” ujar Vivi.
“Tapi Vi, aku udah mimpiin itu tiap malam dan mimpi itu selalu sama.”
“Kamu nggak usah mikir macem-macem, yang harus kamu pikirin itu, kamu udah tahu kabarnya Reno belum?” tanya Vivi.
“Belum Vi, udah hampir sebulan aku nggak tahu kabar Reno, handphone nya juga nggak aktif,” jawab ane
“Nah, patut dicurigai tuh, jangan-jangan dia udah punya cewek lagi,” ujar Vivi menakut-nakuti Ane.
“Yeee, kamu kok berpikir gitu sih, Reno itu nggak mungkin kayak gitu, dia itu sayang banget ma aku.”
“Siapa tahu aja.”
“Oya, kita jadi beli kado kan ke Mal? Monik kan bisa ulang tahun,” sahut Vivi
“Jadi dong.”
Sampai di Mal Ane dan Vivi membeli kado untuk Monik, sebelum pulang Ane merasa melihat sosok Reno, mirip banget dengan Reno.
“Vi, tuh kan Reno pake baju putih,” ujar Ane kaget.
“Mana? Nggak ada kok.”
“Itu loh masak nggak liat. Eh, dia pergi, cepat kita kejar. Duh Vi, jalannya cepetan dong, keburu Reno ilang,” ujar Ane
“Aku udah cepet kok, nggak ada Reno tau!”
“Wah Reno udah ilang, loe sih lelet banget.”
“Eh, ngelindur ya kamu, nggak ada Reno tau! Makanya jangan terlalu mikirin Reno terus.”
“Sumpah Vi, aku lihat Reno, aku nggak bohong.”
“Udah, kita pulang saja udah sore gini,” kata Vivi.
Ane dan Vivi pun pulang. Ane tak dapat berhenti memikirkan Reno, dia yakin banget kalau yang dia lihat di Mal itu bener-bener Reno. Tapi kalaupun dia udah pulang mengapa dia tak memberi kabar pada Ane. Apa benar yang dikatakan Vivi kalau Reno sudah mempunyai pacar baru di sana dan melupakan Ane. Ane tak tahu kebenarannya. Suatu malam Ane bermimpi Reno lagi. Sekarang dia bermimpi Reno dan Ane berada di bukit bintang, tempat di mana dulu Reno dan Ane pacaran. Reno duduk di sebelah Ane tapi Reno hanya diam saja. Reno tak berbicara apapun wajahnya pucat dan Reno tak menjawab saat Ane panggil.
“Reno, kenapa kamu diam saja, kenapa wajahmu pucat?” tanya Ane.
“Reno! Reno!” panggil Ane tapi Reno tetap diam saja.
“Reno!!!” Ane terbangun dari tidur.
“Ternyata cuman mimpi, Reno kenapa kamu selalu hadir di mimpiku setiap hari, kamu kenapa?” batin Ane gelisah.
Saat di sekolah Ane menceritakan mimpinya pada Vivi. Ane yakin dia harus mencari tahu kebenarannya. Dia harus mencari Reno, dia yakin banget kalau Reno sudah kembali.
“Vi, temenin aku dong cari alamat Reno, barang kali aja dia udah pulang dari Jakarta,” ujar Ane berusaha membujuk Vivi.
“Mau dicari di mana coba, kota ini kan luas banget.”
“Aku tahu kok sekolah Reno, kita kan bisa mencari di sana.”
“Yakin kamu mau cari di sana, sekolah Reno kan sekolah khusus cowok.”
“Mau gimana lagi, cuma dengan cara itu Vi, kutahu alamat Reno.”
Ane dan Vivi mencari di sekolah Reno, walaupun malu mereka masuk di sekolah cowok. Ane dan Vivi menjadi pusat perhatian di sana, untung saja mereka cepat menemukan ruang BK.
“Permisi, Pak.”
“Ada yang bisa saya bantu,” ujar penjaga ruang BK tersebut.
“Begini Pak, tujuan kami datang ke sini saya ingin mencari alamat siswa di sekolah ini, tapi dia sudah lulus, namanya Reno Putra Darmawan angkatan 2006-2007. Apakah Bapak mempunyai data-datanya?” tanya Ane.
“Kalo boleh tahu, Adik-adik ini siapanya Reno?”
“Saya, adik sepupunya Reno. Saya baru datang dari Jakarta. Saya mohon Pak, saya butuh data-data tersebut, ini penting sekali,” ujar Ane memohon.
“Sebentar, Adik-adik tunggu di sini dulu, saya akan mencarikannya.”
“Terima kasih, Pak.”
Setelah sekitar satu jam Ane dan Vivi menunggu, akhirnya dia mendapatkan alamat tersebut, walaupun harus berbohong. Ane harus mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
“Eh, kenapa tadi kamu bohong?” tanya Vivi
“Kalau nggak gitu, mana mungkin guru itu yakin, hebat kan aku.”
“Hebat kamu, tadi aku lihat guru itu hampir nggak percaya. Sekarang kita tinggal nyari alamat Reno, sini aku lihat alamatnya, Jalan Anggrek. Kayaknya aku tahu tempatnya,” kata Vivi.
Ane dan Vivi langsung mencari alamat Reno. Sesampai di rumah Reno, Ane melihat perempuan setengah baya membukakan pintu. Ane pikir itu mungkin mamanya Reno. Dengan memberanikan diri Ane menanyakan Reno
“Maaf Tante, apakah benar ini rumah Reno?” tanya Ane.
“Reno siapa? Tidak ada di sini yang namanya Reno. Tante baru tiga bulan tinggal di sini.”
“Jadi, yang tinggal di rumah ini sudah pindah. Tante tahu nggak di mana Reno pindah?” tanya Ane.
“Tante kurang tahu itu.”
“Oh, maaf Tante, kalau sudah mengganggu. Terima kasih, Tante.”
Ane dan Vivi berpamitan pulang, mereka sudah hampir putus asa mencari tempat tinggal Reno. Apalagi hari semakin siang, panas matahari sudah di ujung kepala.
“Kita harus mencari di mana lagi Vi?” tanya Ane
“Aku juga nggak tahu, mana makin siang lagi, panas banget.”
Ane dan Vivi hampir kehilangan akal. Mereka tak tahu di mana lagi mencari rumah Reno. Kota itu luas banget. Nggak mungkin Ane dan Vivi mencari dari rumah ke rumah.
“Aku tahu, gimana kalau kita menanyakan orang-orang di sekitar sini mungkin ada yang tahu di mana Reno pindah,” kata Vivi
“Bagus juga ide kamu, tumben pinter.”
“Siapa dulu dong Vivi,” ujar Vivi cengingisan.
Mereka lalu bertanya pada tetangga Reno, untung saja tetangga Reno tahu di mana Reno pindah. Cepat-cepat Ane dan Vivi mencari rumah Reno. Ternyata tak jauh dari tempat tinggal Reno sebelumnya. Sesampai di rumah Reno. Seorang Ibu membukakan pintu, tanpa berpikir panjang Ane menanyakan di mana Reno.
“Maaf Bu, apakah benar ini rumahnya Reno?” tanya Ane
“Iya benar, Adik-adik ini siapa?” tanya ibu itu
“Kami teman-teman Reno, sudah lama kami tak bertemu Reno. Saya dengar Reno sudah pulang dari Jakarta,” ujar Ane.
“Silahkan masuk,” kata ibu itu.
Ane dan Vivi pun masuk, sepertinya ada yang aneh, ibu itu terlihat sedih sekali.
“Kamu yang namanya Ane?” tanya ibu itu
“Iya, kenapa Ibu tahu?”
“Reno sering bercerita tentang kamu. Ini,” ujar ibu itu sambil menyodorkan foto Ane dan Reno sebelum Reno pergi ke Jakarta.
“Sebulan lalu Reno kecelakaan.”
“Kecelakaan?” tanya Ane kaget.
“Reno tewas dalam kecelakaan itu,” ujar ibu itu sambil menangis.
Ane kaget dengan apa yang dikatakan ibu itu, dia tak menyangka ternyata pacarnya sudah meninggal. Pantas saja Reno selalu hadir dalam mimpi-mimpi Ane. Reno ingin memberi tahu kalau dirinya sudah pergi, agar Ane tak mengharapkan Reno lagi. Saat itu Ane pingsan dan tak sadarkan diri setelah mendengar apa yang dikatakan ibu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar