Welcome To My Blog

Menangislah untuk sesaat, tertawalah untuk selamanya :) jangan sesali apa yang sudah pergi, jangan tangisi apa yang sudah tiada, tapi bangkitlah untuk membangun apa yang sudah hilang :)

Calendar

Cuteki greetings

Rabu, 17 Agustus 2011

9 tanda kalo cowo jatuh cinta

Malu-malu kucing
Senekad-nekad dan sejahat-jahat serta sepemberaninya seseorang kalau ia udah “jatuh cinta”, pasti ia akan berubah seakan-akan orang baik. Biasanya yang suaranya keras kalau ngomong, namun saat ini halus sekali. Biasanya suka ngomong jorok, maka saat ini ia kelihatannya sopan sekali. Udah itu ia malu-malu terhadap orang tersebut, kadang pura-pura melakukan sesuatu untuk mencari perhatian. Ia malu tetapi mau, ini yang disebut dengan malu-malu kucing.

Suka Melirik
Melirik sudah biasa bagi yang sedang tertambat hati, kadang nggak berani terus terang meliriknya, jadi meliriknya juga pake curi-curian. Lucunya, tatkala yang dilirik itu menoleh, si pelirik pura-pura nggak liat. Konon ada yang bilang, sehari nggak melirik orangnya, rasanya seperti setahun. Kali ini dia sungkan, tetapi mau percaya atau tidak, lirikan pertama itu “tak kan terlupakan”. Itu sebabnya kalau si cewek dan si cowok juga lirik, bertemu pandangan mereka, waw senangnya!

Nggak bisa makan dan tidur
Orang yang jatuh cinta merasakan sehari nggak ketemu, seperti setahun nggak ketemunya. Jadi kadang akibat jatuh cinta ini, bisa nggak makan dan nggak tidur. Hatinya selalu berdebar-debar kencang, bukan sakit jantung tetapi jadi pikiran terus. Apalagi hari ini ada kalimat-kalimat yang menyentuh perasaan.

Melamun terus
Melamun rasanya langganan bagi orang jatuh cinta, kadang film yang ditonton diibaratkan dianya sebagai pemeran utamanya. Nyanyian sendu tentang cinta juga bakal menjadi konsumsi bagi yang lagi jatuh cinta.

Sentuhan
Sentuhan yang dimaksud bukan senggol-senggolan, karena baru tahap hendak memulai pacaran (PDKT = pendekatan), jadi masih risih senggol-senggolan, entar dikirain penyanyi dangdut, nggak tahu sih kalau nantinya, malah malu-maluin. Sentuhan itu melalui jabatan tangan yang agak lama saja sudah cukup kesetrum rasa cinta.

Maunya ketemu terus
Sehari tidak ketemu sudah terasa hampir setahun, jadi maunya tiap hari, tiap jam, tiap detik harus ketemu. Itu sebabnya merka yang pacaran jarak jauh agak repot, selain nggak ketemu, maka komunikasinya agak susah. Untungnya sekarang ada Internet, sehingga email sangat efektif sekali, ditambah lagi dengan Chatting via Massenger, bisa melihat wajah sang pacar via Web Cam dan boleh langsung berbira lagi.

Ngobrol nggak habis-habis
Entah apa saja yang dibicarakan, pokonya orang yang pacaran dapat saja ngobrol berjam-jam, hingga gagang telponnya panas. Selain itu, rekening teleponnya juga membengkak, apalagi mereka yang harus memakai sarana interlokal. Ceritanya barangkali dari sejak bayi hingga dewasa, nggak ada habis-habisnya.

Ringan Tangan
Tadinya selalu bangun kesiangan, namun begitu pacaran, wow...berubah 180 derajat, ia bisa bangun pagi-pagi. Bahkan kelihatannya lebih ringan tangan, jadi ada penampilan yang baik, dan perubahan yang positip. Rajinnya tentu secara khusus ditujukan pada sang pacar, kalau sama yang lain, ya sama saja kayak sebelumnya.

Penampilan rapi
Sisiran dan minyak rambut serta minyak wangi pun tidak ketinggalan. Tadinya ke mana-mana cukup kaos oblong tanpa strika, celana pendek dan sandal jepit, sekarang mulai memakai baju yang rapi, celana yang sopan dan sepatu bermerek. Tadinya ia seperti sembarang pria, sekarang ia bukan pria sembarangan

Sabtu, 13 Agustus 2011

love at first sight



Kisah ini bermula saat gue baru naik kelas 9, gue jadi panitia MBSPDB. Secara, gue anggota OSIS. Gue kebagian jadi pendamping di gugus satu, disana ada temen gue dan ‘dia’. Awalnya sih gue ga kenal siapa 'dia', tapi lambat laun gue suka struktur wajahnya. Trus lama-kelamaan gue jadi suka sifatnya, iseng-iseng gimanaa gitu J gue sempet bercanda sama 'dia' dan denger-denger namanya *piip* disensor :p
Gue suka sikab bercandanya ke gue. Awalnya sih 'dia' baik sama gue, tapi lama kelamaan mulai muncul sifat asli 'dia'. ISENG !!

Tapi gue suka !

Lama kelamaan gue jadi mulai cari perhatian ke 'dia'. Gue ngambil fr**t t** punya guru yang ga diminum. Eh, 'dia' marah-marah. 'dia' berusaha ngambil minuman tersebut dari gue, tapi gue julurin tangan gue ke depan, 'dia' berusaha ngambil dari belakan dan..
Blush! Muka gue merah..
Posisinya kayak 'dia' MELUK gue...
Sekali lagi MELUK gue ! heu.. sumpah ya, gue pengen banget waktu rasanya berhenti buat saat itu. Tapi 'dia' langsung sadar dan bilang “maaf..”
Gue perhatiin mukanya 'dia'... ternyata mukanya bisa ‘merah’ juga ^^
Seneeengg !!! besok-besoknya gue sama 'dia' jadi deket gitu. Info pertama yang gue dapet dari Silfi, 'dia' ga punya pacar. Info kedua, 'dia' pake BB *soalnya gue juga punya ^^* info ketiga, 'dia' tinggal di Ciekek ^^.. gue bisa sama-sama 'dia' cuma Senin Selasa doang :’( soalnya Rabu Kamis gue sakit. Dan untungnya Jum’at Sabtu gue udah sembuuh ^^ dan setelah itu, sekian lama sekitar seminggu ngga ada kabar dari 'dia' lagi. Dan hari selanjutnya gue ketemu 'dia', gue ajak ngobrol aja. Posisi gue tuh lagi duduk gitu ya, gue manggil 'dia'. 'dia' dateng dan tiba-tiba duduk disamping gue dengan badan menempel sama gue. Gini nih percakapan gue sama 'dia'.
“*piip* lo pake BB kan?”
“Iye, emang kenapa?”
“Gue minta PIN lu dong!”
“Emang lu punya BB? Boongan kalii *isengnya kambuh*”
“Ya punya lah! Kalo ngga ngapain gue minta PIN lu?”
“Oh, ga apal gue. Nanti aja kapan-kapan.”
“Oh,” gue sadar dengan posisi gue “*piip* bisa geser ga? Gaenak nih !”
Akhirnya 'dia' geser. “ada lagi yang mau diomongin?”
“Oh, ngga.”
'dia' pergi tanpa mengatakan APAPUN !!
Selanjutnya gue kabarin kapan-kapan ya. Haha, biar penasaran J

Kamis, 11 Agustus 2011

Cirir-ciri cowo yang ga romantis

MENDEWAKAN PERTEMANAN
Daripada menemani Anda jalan-jalan tak jelas tujuannya di malam Minggu, dia lebih suka meluangkan waktu bersama teman-temannya. Kadang dia malah mengajak Anda berkencan sambil nongkrong dengan mereka. Bagaimana bisa mesra-mesraan kalau diajak ikut nimbrung bersama teman-temannya? Jika kesulitan bergabung dan ngobrol dengan mereka, lebih baik Anda pergi dengan teman-teman Anda.

GAYA BICARA ASAL
Bahkan kadang terkesan seenaknya dan ceplas-ceplos. Kalau bagus, dia bilang bagus, tapi kalau jelek, dia tak segan mengakuinya jelek. Sebenarnya ini karena sikapnya yang apa adanya, tulus dan tidak dibuat-buat. Jadi kalau mau dapat penilaian jujur dan obyektif, tanyalah padanya. Tapi jangan sakit hati kalau mendengar komentarnya yang sedikit pedas.

TEMPAT KENCAN BURUK
Sebenarnya bukan karena dia tak ingin memanjakan Anda atau pelit, tapi memang selera lelaki model ini kurang bagus. la akan merasa aneh dan bukan dirinya sendiri jika mengajak Anda makan malam di sebuah restoran mahal dan berkelas. la akan lebih senang makan di tempat-tempat ramai seperti fastfood atau kedai pinggir jalan. Si Tak Romantis akan lebih nyaman jika mengajak Anda kencan tempat-tempat kesukaannya seperti lapangan sepakbola, basket atau sirkuit. Atau hanya duduk di depan TV sambil menonton olahraga dan film kesukaannya.

SULIT MESRA
Kadang ini bikin makan hati. Atau buat yang masih pendekatan, akan membuat bertanya-tanya, "Sebenarnya dia suka enggak sih, sama aku?" Bagaimana tidak bingung? Mengajak kencan tapi jalannya tidak menggandeng tangan. Anda dan dia jalan sendiri-sendiri seperti sedang musuhan. Bahkan kadang jalannya dua langkah di depan Anda, sehingga Anda harus mengejarnya dengan sedikit jalan cepat atau berlari kecil. Saat menyeberang jalan, kadang dia tidak pindah ke arah datangnya mobil untuk melindungi Anda. Bukannya takut, tapi dia memang tak punya inisiatif untuk itu.

TAK SUKA FILM dRAMA
Lelaki jenis ini lebih suka mengajak Anda nonton film horor, perang, action atau komedi. Film drama romantis? Ehm... sepertinya dia akan sering menguap karena bosan atau bahkan tertidur di bioskop kalau Anda memaksanya nonton flm ini.

LAGU-LAGU HINGAR BINGAR
Soal selera musik dan lagu, sudah pasti dia lebih menyukai lagu bersuara hingar-bingar ketimbang lagu slow dengan tema cinta. Kalaupun dia menyukai musiknya, dia takkan peduli dengan liriknya.

TAK PERNAH MEMBERI BUNGA
Jangankan mengirim bunga, kado cokelat, boneka atau barang romantis lainnya, mengirim SMS puitis saja mungkin ia malas. Kalau sampai ia mengirim SMS puitis, curigalah, itu pasti SMS hasil forward.

JARANG MEMUJI
Mungkin Si Tak Romantis lebih senang mengritilk ketimbang memuji. Sekalinya memuji, pujian tertingginya pun terdengar biasa di telinga Anda. Misal, ''You look nice!" Padahal Anda sudah habis-habisan dandan modis, rambut dan wajah ala salon untuk pergi ke party bersamanya.

PELIT KATA CINTA
Kebalikan dari lelaki romantis, biasanya Si Tak Romantis tak pernah mengumbar kata-kata "I love you" atau "aku sayang kamu" ke pasangannya. Saat pertama kali mengatakan cintanya pada Anda saja, kata-kata itu tak keluar, apalagi setelah menjalani masa pacaran. Kata-kata magic ini biasanya baru keluar kalau Anda benar-benar membutuhkan kepastian. Meski jarang mengumbar, sekali mengatakan kata-kata magic itu, dia akan melakukannya dengan tulus.

PANGGILAN SAYANG ASAL-ASALAN
Panggilan sayang untuk Anda, mungkin dia punya. Namun, ia menciptakan nama itu sesukanya. Jangan harap panggilan "Manis" yang bisa bikin Anda bahagia dengan panggilan itu. Alasannya sih, dia malu pada teman-temannya kalau harus memanggil Anda dengan panggilan "Manis".

LUPAKAN MOMEN ISTIMEWA
Ini yang paling menyebalkan. Si Tak Romantis paling tak pernah bisa atau mau mengingat tanggal-tanggal bersejarah dalam hubungan asmaranya dengan Anda. Berbeda dengan lelaki romatis yang hapal di luar kepala mulai dari kapan ultah si pacar, tanggal jadian, hingga film yang ditonton, jamnya dan baju yang dipakai si pacar.

Senin, 08 Agustus 2011

Raih Cinta, Gapai Cinta


Mentari pagi membangunkanku yang tertidur pulas di balik selimut tebal. Kelembutan sinarnya memancar hingga sudut kamar tidurku. Hawa dingin mulai merasuk ke dalam tulang-tulang rusukku. Tubuhku terasa kaku semua. Entah apa yang terjadi dengan tidurku semalam. Mungkin aku kemarin tidur dengan posisi yang salah. Kedua bola mata ini juga terasa berat ‘tuk dibuka.
Jarum jam menunjukkan pukul 06.00 pagi. Oh, betapa kagetnya aku. Tiba-tiba saja aku jatuh dari kasur dan bruk…bruk… Terdengar suara jerit tangisku.
”Aduh… aduh…. sakit,” rintihku kesakitan karena jatuh dari tempat tidur. Ibu langsung datang dan membawaku ke atas tempat tidur.
”Emangnya ada apa, Putri Kecilku, kok pagi-pagi sudah nangis,” tanya ibuku dengan penuh kasih sayang sambil membelai rambutku yang panjang dan lembut itu.
”Aku baik – baik saja kok, Bu. Ibu jangan khawatir ya,” kataku meyakinkan hati ibuku agar tidak sedih.
Dan aku tersadar kalau hari ini bukan hari yang biasa bagiku. Hari ini aku harus berangkat ke kota pahlawan untuk menunaikan tugas baruku yaitu kuliah. Berjuta perasaan mendera jiwaku. Senang karena telah masuk ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus dari SMA dan sedih karena harus kuliah di tempat yang lumayan jauh dan harus berpisah dengan Ibu untuk beberapa waktu meskipun tak lama. Kebetulan baru kali ini aku terpisah jauh dari orang tuaku. Aku terharu karena memang aku dapat masuk kuliah melalui PMDK beasiswa. Ibuku sangat bangga padaku.
Aku segera lari ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk barangkat ke Surabaya. Senyum kesedihan terpancar di raut wajah cantik ibuku saat kuucapkan kata – kata perpisahan.
”Bu, Putri berangkat dulu ya,” kataku sambil mencium tangan lembut ibuku dengan penuh kasih sayang. Lalu keningku pun dapat ciuman manis ibuku.
”Hati-hati ya Putri Kecilku. Ibu doakan semoga kamu mendapat kemudahan dalam menuntut ilmu. Ibu tidak bisa memberikan apa-apa. Ibu cuma bisa mendoakan kamu. Jangan lupa makan dan jaga diri baik-baik di sana.”
Dengan pelukan yang hangat kurasakan kesedihan yang teramat dalam pada diri ibuku. Namun apa boleh buat. Aku harus tetap berangkat demi cita-cita yang selama ini aku impikan. Berat hati aku melangkahkan kakiku keluar rumah sambil berpamitan pada ibuku. Jerit tangis hatiku merintih-rintih. Tapi aku berusaha sekuat hati menerima semua ini dengan penuh ketegaran.
Tiba-tiba aku teringat puisi yang aku buat kemarin malam. Dengan penuh cucuran air mata, kumainkan tanganku. Kugoreskan sedikit demi sedikit tinta yang ada di penaku. Kuukir kata demi kata sampai menjadi untaian kata.
Perpisahan ini adalah luka
Luka yang menusuk kalbu
Kepahitan batin …..
Sesaknya napas …..
Menjadi manis dengan hadirnya kenangan

Perpisahan ini adalah luka
Biarlah semua mengalir
Hanya air mata manis
Yang mampu menenangkan
Jiwa yang terguncang”

Aku adalah Nicita Putri Ramadhani, seorang gadis desa yang merantau ke kota besar demi cita – cita yang luhur. Akhirnya namaku tercatat sebagai mahasiswa perguruan tinggi negeri di kota pahlawan. Selama ini aku hanya bisa berangan-angan untuk bisa kuliah di kota metropolitan itu. Aku sempat kaget mengetahui kenyataan bahwa aku bisa meneruskan sekolah. Karena aku tahu siapa aku ini. Keluargaku pasti tidak akan mampu membiayai kuliah yang mahalnya selangit itu. Tapi aku bersyukur berkat dorongan teman dan guruku aku dapat mewujudkan mimpiku. Aku tidak percaya kalau kerja kerasku selama ini untuk mendapatkan beasiswa tidak sia-sia. Berhari-hari ku memohon petunjuk Yang Maha Kuasa agar dimudahkan jalanku untuk mewujudkan mimpi itu. Di lain hati aku sedih karena ayahku tidak berada disampingku untuk memberikan motivasi. Tapi aku berjanji pada diriku untuk berusaha sebaik mungkin agar tidak mengecewakan Ayah dan Ibu. Aku ingin menjadi kebanggaan bagi keluargaku dan bisa membahagiakan ibuku.
***
Lima jam sudah kutempuh jarak rumahku menuju kota pahlawan ini. Sepanjang perjalanan kulihat suasana luar. Banyak pohon-pohon menari-nari tertiup angin yang sepoi – sepoi. Mereka bergoyang-goyang penuh dengan kegembiraan. Dalam bus aku hanya duduk terpaku sambil melihat sekeliling.
”Mau ke mana, Mbak?” sapa salah satu penumpang padaku. Setelah beberapa menit aku tersadar dari lamunan.
”Saya mau ke Surabaya?” kataku dengan nada ketakutan.
Aku belum pernah naik bus sejauh itu sendirian. Makanya aku takut saat orang yang duduk di sebelahku menyapaku. Lalu perbincangan itu pun berlangsung sampai bus yang aku tumpangi tiba di terminal akhir.
Akhirnya jam satu siang saat terik matahari tepat berada di atas kepala bus sampai di terminal Bungurasih.
”Panas sekali sih,” keluhku dalam hati.”Ternyata benar kata orang kalau Surabaya itu panas.”
Aku berjalan mencari bus kota yang nantinya akan membawaku ke kos. Sebelum ke sini temanku menawari aku kos-kosan. Jadi, aku tidak perlu bolak-balik kesana kemari mencari kos-kosan sendiri sehingga aku bisa menghemat biaya transport.
”Wow, besar sekali kota ini,” kataku dalam hati ketika pertama kali melihatnya.
Aku seakan tidak percaya dengan semua ini. Surabaya memang kota metropolitan. Aku melihat sekeliling jalan yang penuh dengan pabrik dan hilir mudik kendaraan yang memadati kota. Selama ini aku belum pernah melihat suasana seperti ini. Dari dulu aku hidup di desa terpencil yang jauh dari keramaian kota. Aku seakan-akan menjadi orang terasing di sini. Aku tidak punya sanak saudara disini. Tapi aku tetap bertekad untuk menaklukkan kota ini demi meraih cita – cita yang selama ini aku impikan. Hati kecilku berkata, ”Apakah aku bisa betah ya disini?”
Aku takut dengan suasana kota yang padat dengan keramaian. Aku berusaha bertahan di sini sampai aku menyelesaikan sekolahku nanti. Tapi ada kesan yang tidak mengenakkan membekas di benakku. Ketika kulihat polusi udara yang membuat napasku sesak. Aku langsung batuk. Aku memang agak alergi dengan yang namanya polusi.
***
Keesokan harinya, suara ayam membangunkan tidur pulasku. Aku melihat keluar kamar. Kulihat langit yang cerah nan biru menyapaku dengan penuh kehangatan. Aku segera mandi dan berangkat ke kampus.
“Masuk jam berapa, Put?” tanya Lia, teman sekamarku.
”Aku masuk pagi. Soalnya nanti mau ada acara penyambutan Maba (Mahasiswa Baru) di jurusan,” kataku dengan penuh semangat.
Dalam batin aku berkata, ”Aku ingin memulai lembaran hidup baru. Semoga aku tidak salah melangkah menjalani hari – hariku disini. Amin.”
Aku jalani masa – masa awal kuliahku dengan penuh semangat menggelora yang bisa merubah hidupku menjadi orang yang lebih berarti bagi orang lain.
”He, anak baru ya?” tanya orang yang ada di belakangku.
Aku langsung menoleh dan astaga aku langsung terdiam terpaku membisu tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutku. Aku melihat ada makhluk yang tampan berdiri di depanku.
”Ini cumi (cuma mimpi) bukan ya?” kataku dalam hati.
”Eh….Iy….Iya….Aku memang anak baru,” kataku dengan terbata – bata dan jantungku pun berdebar – debar seperti digoncang gempa bumi saja.
Dan aku pun langsung tersadar bahwa aku tak boleh larut dalam kesenangan semata selama berada di sini. Aku harus bisa mewujudkan impian orang tuaku. Aku bertekad untuk membahagiakan mereka dengan sepenuh hati yang tulus. Tanpa ridho dan kerja keras mereka dari mereka aku yakin aku tidak akan bisa seperti sekarang ini.
”Kamu siapa ya? Aku kok jarang sekali melihatmu di kampus ini.”
”Kenalkan aku Rama. Aku adalah seniormu.”
“Ma…Maaf….Maaf, Kak. Aku tidak tahu.”
“Sudahlah. Gak pa pa kok. Kamu dari mana?” tanyanya dengan senyum manis mengembang di pipinya dan wajah imutnya semakin menambah rasa kagumku padanya. Ditambah lagi rambut keritingnya yang terlihat bergelombang bak ombak di lautan lepas yang tertiup angin.
”Oh, kenalkan Kak, aku Putri.” Dengan ragu – ragu aku berjabat tangan dengan Rama tapi tangan kami tidak bersentuhan karena aku tahu kalau itu tidak diperbolehkan dalam Islam karena kami bukan mahram. Aku meneruskan perkenalanku dengannya. ”Aku mahasiswa baru disini. Aku datang dari desa. Aku ingin melanjutkan studiku di sini karena aku senang sekali dengan dunia teknik terutama komputer,” kataku dengan nada yang masih canggung karena aku belum mengenalnya dengan baik.
Perbincangan pun terus bergulir hingga menghabiskan makanan dan minuman yang tadi pagi aku bawa dari kos dengan tujuan untuk menghemat uang jajan. Dan suara adzan ashar pun berkumandang dengan merdunya di telinga hingga membuat hati yang mendengarnya terasa sejuk dengan alunan suara muadzin itu. Perbincangan pun akhirnya kuakhiri karena hari sudah sore. Aku mesti pulang ke kos dan belajar untuk menyiapkan hari esok yang lebih bersemangat dan lebih menyenangkan daripada hari ini.
”Kak, aku pulang dulu ya. Lain kali kita lanjutkan perbincangannya. Makasih ya, sudah mau menemani aku ngobrol di sini sehingga aku banyak tahu tentang kampus ini, ” kataku untuk mengakhiri perbincangan yang telah lama bergulir ini dengan senyum manis yang terpancar.
”Lain kali kita ngobrol lagi ya, Put. Aku senang bisa ngobrol denganmu sehingga aku tahu tentang makna hidup ini, ” kata Rama dengan nada yang tegas dan senyuman manis yang selalu mengembang di pipi imutnya dan matanya yang terlihat sipit seperti orang Cina.
***
Aku merasa bahagia berada di sini. Aku menemukan sebuah cita – cita dan cinta yang selama ini sulit sekali hinggap dalam benak hidupku. Hari – hari indah aku isi dengan semangat yang penuh dengan cinta. Aku dikelilingi oleh orang – orang yang senantiasa menyayangiku dan mau menjagaku dengan sepenuh hati mampu mengorbankan jiwa dan raganya. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menjadi yang terbaik demi cita – cita dan tekadku yang membara bagai nyala api yang takkan pernah padam. Aku ingin menuntut ilmu setinggi – tingginya. Seperti kata pepatah, Tuntutlah ilmu setinggi langit dan carilah ilmu itu sampai ke negeri Cina. Aku akan berusaha untuk menggapai mimpi – mimpi yang selama hanya menjadi angan – angan semata. Aku terus berusaha untuk menjadi sebuah lilin kecil yang senantiasa menerangi gelapnya malam walaupun lilin itu tak akan bertahan lama. Tetapi lilin itu terus memberikan cahayanya yang indah bagi semua orang sampai dia padam. Aku ingin menjadi orang yang berguna bagi kehidupan ini. Aku harus bisa menorehkan sejarah yang tak kan terlupakan. Pengalaman akan tetap menjadi guru yang terbaik. Itulah yang memberi aku semangat untuk terus maju pantang mundur.
Aku berdiri di depan jendela menikmati indahnya langit yang bertaburan dengan bintang – bintang malam. Langit yang gelap akhirnya terlihat bercahaya disana dengan senyum cerianya. Untuk sementara sinar matahari yang panas menghilang sekejap digantikan indahnya rembulan yang bersinar terang. Semua ketakutan yang menyelinap dalam relung hatiku tiba – tiba pudar digantikan oleh senyum kebahagiaan yang terpancar. Aku pun tersenyum seraya berkata, ”Hari esok kan penuh dengan suka cita. Fajar kan menjemputku dengan senyuman manisnya. Raihlah cita dan gapai cinta di depan mata. Semangat !!!” kataku sambil menggenggam tanganku yang kecil mungil itu.
Setelah itu aku pun mengambil penaku dan kutulis seuntaian kata di atas buku yang sudah terlihat lusuh itu. Aku mainkan penaku. Terdengar ketukan – ketukan pena yang menambah ramainya malam yang sepi dan udara yang tak begitu hangat menyelinap masuk membuat tubuhku menggigil kedinginan.
Hari ini adalah kehidupan
Dalam sekejap melahirkan suka cita
Kemarin adalah sebuah mimpi dan hari esok adalah sebuah bayangan
Jalani hari ini dengan senyum dan semangat untuk hidup lebih baik
Biarlah mimpi itu menjadi kenangan
Dan bayangan hari esok menjadi harapan dan kenyataan

Menunggumu

Ane terus mencari dari gerbong satu ke gerbong yang lain. Hari ini kekasihnya Reno akan melanjutkan sekolahnya ke Perguruan Tinggi di Jakarta. Walau belum lama kenal, Ane sangat menyukai Reno. Ane tak dapat menemukan Reno. Tak lama kemudian kereta itu berangkat, seseoarang melambaikan tangan kepada Ane. Itu Reno. Ane berusaha meraih tangannya tapi tak bisa. Ane hanya bisa menangis. Kereta semakin cepat berjalan. Entah berapa lama Ane tak dapat bertemu dengan Reno. Tapi ia berjanji kalau lulus sekolah nanti dia akan menyusul Reno ke Jakarta.
“Reno jangan tinggalin aku.”
“Selamat jalan, Ane, jangan lupain aku tunggulah aku,” kata Reno kemarin malam sebelum dia pergi.
Hari-hari berjalan seperti biasa, sudah lima bulan Ane tak bertemu Reno. Ane sudah mulai terbiasa. Tapi Ane tak dapat menghilangkan rasa kangen dan kesepiannnya. Entah mengapa sudah sebulan Ane tak tahu kabar dari Reno, mungkin dia sibuk. Ane juga sibuk sekarang, karena sebentar lagi dia akan Ujian Nasional, dia sibuk belajar agar dia lulus sehingga dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dan menyusul Reno. Akhir-akhir ini Ane merasa gelisah, setiap hari Reno muncul di dalam mimpinya. Dia tak tahu apa artinya ini, berarti baik ataukah buruk.
Suatu malam Ane bermimpi, dia sedang berada di padang rumput yang luas yang rumputnya hijau-hijau, di sana Ane melihat Reno. Reno berjalan terus. Ane mencoba memanggil Reno, tapi Reno tak menoleh. Lalu Ane mengejar Reno, walaupun dia lari tetapi Reno tak dapat terkejar. Ane merasa Reno akan meninggalkannya. Ane pun terbangun dari tidurnya. Dia sadar itu hanya mimpi, Reno tak mungkin meninggalkannya.
Sesampai di sekolah, Ane menceritakan kejadian-kejadiannya dalam mimpi pada sahabatnya Vivi. Vivi pikir mimpi adalah bunga tidur. Ane tak boleh memikirkan hal itu.
“Vi, beneran deh mimpi semalem bener-bener seperti nyata, Reno tuh ninggalin aku, dia nggak menoleh saat aku panggil.”
“Udah deh, Ne, mimpi itu cuman bunga tidur, semua itu nggak nyata. Mungkin gara-gara kamu mikirin Reno terus sampai kebawa mimpi kamu waktu loe tidur,” ujar Vivi.
“Tapi Vi, aku udah mimpiin itu tiap malam dan mimpi itu selalu sama.”
“Kamu nggak usah mikir macem-macem, yang harus kamu pikirin itu, kamu udah tahu kabarnya Reno belum?” tanya Vivi.
“Belum Vi, udah hampir sebulan aku nggak tahu kabar Reno, handphone nya juga nggak aktif,” jawab ane
“Nah, patut dicurigai tuh, jangan-jangan dia udah punya cewek lagi,” ujar Vivi menakut-nakuti Ane.
“Yeee, kamu kok berpikir gitu sih, Reno itu nggak mungkin kayak gitu, dia itu sayang banget ma aku.”
“Siapa tahu aja.”
“Oya, kita jadi beli kado kan ke Mal? Monik kan bisa ulang tahun,” sahut Vivi
“Jadi dong.”
Sampai di Mal Ane dan Vivi membeli kado untuk Monik, sebelum pulang Ane merasa melihat sosok Reno, mirip banget dengan Reno.
“Vi, tuh kan Reno pake baju putih,” ujar Ane kaget.
“Mana? Nggak ada kok.”
“Itu loh masak nggak liat. Eh, dia pergi, cepat kita kejar. Duh Vi, jalannya cepetan dong, keburu Reno ilang,” ujar Ane
“Aku udah cepet kok, nggak ada Reno tau!”
“Wah Reno udah ilang, loe sih lelet banget.”
“Eh, ngelindur ya kamu, nggak ada Reno tau! Makanya jangan terlalu mikirin Reno terus.”
“Sumpah Vi, aku lihat Reno, aku nggak bohong.”
“Udah, kita pulang saja udah sore gini,” kata Vivi.
Ane dan Vivi pun pulang. Ane tak dapat berhenti memikirkan Reno, dia yakin banget kalau yang dia lihat di Mal itu bener-bener Reno. Tapi kalaupun dia udah pulang mengapa dia tak memberi kabar pada Ane. Apa benar yang dikatakan Vivi kalau Reno sudah mempunyai pacar baru di sana dan melupakan Ane. Ane tak tahu kebenarannya. Suatu malam Ane bermimpi Reno lagi. Sekarang dia bermimpi Reno dan Ane berada di bukit bintang, tempat di mana dulu Reno dan Ane pacaran. Reno duduk di sebelah Ane tapi Reno hanya diam saja. Reno tak berbicara apapun wajahnya pucat dan Reno tak menjawab saat Ane panggil.
“Reno, kenapa kamu diam saja, kenapa wajahmu pucat?” tanya Ane.
“Reno! Reno!” panggil Ane tapi Reno tetap diam saja.
“Reno!!!” Ane terbangun dari tidur.
“Ternyata cuman mimpi, Reno kenapa kamu selalu hadir di mimpiku setiap hari, kamu kenapa?” batin Ane gelisah.
Saat di sekolah Ane menceritakan mimpinya pada Vivi. Ane yakin dia harus mencari tahu kebenarannya. Dia harus mencari Reno, dia yakin banget kalau Reno sudah kembali.
“Vi, temenin aku dong cari alamat Reno, barang kali aja dia udah pulang dari Jakarta,” ujar Ane berusaha membujuk Vivi.
“Mau dicari di mana coba, kota ini kan luas banget.”
“Aku tahu kok sekolah Reno, kita kan bisa mencari di sana.”
“Yakin kamu mau cari di sana, sekolah Reno kan sekolah khusus cowok.”
“Mau gimana lagi, cuma dengan cara itu Vi, kutahu alamat Reno.”
Ane dan Vivi mencari di sekolah Reno, walaupun malu mereka masuk di sekolah cowok. Ane dan Vivi menjadi pusat perhatian di sana, untung saja mereka cepat menemukan ruang BK.
“Permisi, Pak.”
“Ada yang bisa saya bantu,” ujar penjaga ruang BK tersebut.
“Begini Pak, tujuan kami datang ke sini saya ingin mencari alamat siswa di sekolah ini, tapi dia sudah lulus, namanya Reno Putra Darmawan angkatan 2006-2007. Apakah Bapak mempunyai data-datanya?” tanya Ane.
“Kalo boleh tahu, Adik-adik ini siapanya Reno?”
“Saya, adik sepupunya Reno. Saya baru datang dari Jakarta. Saya mohon Pak, saya butuh data-data tersebut, ini penting sekali,” ujar Ane memohon.
“Sebentar, Adik-adik tunggu di sini dulu, saya akan mencarikannya.”
“Terima kasih, Pak.”
Setelah sekitar satu jam Ane dan Vivi menunggu, akhirnya dia mendapatkan alamat tersebut, walaupun harus berbohong. Ane harus mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
“Eh, kenapa tadi kamu bohong?” tanya Vivi
“Kalau nggak gitu, mana mungkin guru itu yakin, hebat kan aku.”
“Hebat kamu, tadi aku lihat guru itu hampir nggak percaya. Sekarang kita tinggal nyari alamat Reno, sini aku lihat alamatnya, Jalan Anggrek. Kayaknya aku tahu tempatnya,” kata Vivi.
Ane dan Vivi langsung mencari alamat Reno. Sesampai di rumah Reno, Ane melihat perempuan setengah baya membukakan pintu. Ane pikir itu mungkin mamanya Reno. Dengan memberanikan diri Ane menanyakan Reno
“Maaf Tante, apakah benar ini rumah Reno?” tanya Ane.
“Reno siapa? Tidak ada di sini yang namanya Reno. Tante baru tiga bulan tinggal di sini.”
“Jadi, yang tinggal di rumah ini sudah pindah. Tante tahu nggak di mana Reno pindah?” tanya Ane.
“Tante kurang tahu itu.”
“Oh, maaf Tante, kalau sudah mengganggu. Terima kasih, Tante.”
Ane dan Vivi berpamitan pulang, mereka sudah hampir putus asa mencari tempat tinggal Reno. Apalagi hari semakin siang, panas matahari sudah di ujung kepala.
“Kita harus mencari di mana lagi Vi?” tanya Ane
“Aku juga nggak tahu, mana makin siang lagi, panas banget.”
Ane dan Vivi hampir kehilangan akal. Mereka tak tahu di mana lagi mencari rumah Reno. Kota itu luas banget. Nggak mungkin Ane dan Vivi mencari dari rumah ke rumah.
“Aku tahu, gimana kalau kita menanyakan orang-orang di sekitar sini mungkin ada yang tahu di mana Reno pindah,” kata Vivi
“Bagus juga ide kamu, tumben pinter.”
“Siapa dulu dong Vivi,” ujar Vivi cengingisan.
Mereka lalu bertanya pada tetangga Reno, untung saja tetangga Reno tahu di mana Reno pindah. Cepat-cepat Ane dan Vivi mencari rumah Reno. Ternyata tak jauh dari tempat tinggal Reno sebelumnya. Sesampai di rumah Reno. Seorang Ibu membukakan pintu, tanpa berpikir panjang Ane menanyakan di mana Reno.
“Maaf Bu, apakah benar ini rumahnya Reno?” tanya Ane
“Iya benar, Adik-adik ini siapa?” tanya ibu itu
“Kami teman-teman Reno, sudah lama kami tak bertemu Reno. Saya dengar Reno sudah pulang dari Jakarta,” ujar Ane.
“Silahkan masuk,” kata ibu itu.
Ane dan Vivi pun masuk, sepertinya ada yang aneh, ibu itu terlihat sedih sekali.
“Kamu yang namanya Ane?” tanya ibu itu
“Iya, kenapa Ibu tahu?”
“Reno sering bercerita tentang kamu. Ini,” ujar ibu itu sambil menyodorkan foto Ane dan Reno sebelum Reno pergi ke Jakarta.
“Sebulan lalu Reno kecelakaan.”
“Kecelakaan?” tanya Ane kaget.
“Reno tewas dalam kecelakaan itu,” ujar ibu itu sambil menangis.
Ane kaget dengan apa yang dikatakan ibu itu, dia tak menyangka ternyata pacarnya sudah meninggal. Pantas saja Reno selalu hadir dalam mimpi-mimpi Ane. Reno ingin memberi tahu kalau dirinya sudah pergi, agar Ane tak mengharapkan Reno lagi. Saat itu Ane pingsan dan tak sadarkan diri setelah mendengar apa yang dikatakan ibu itu.