Welcome To My Blog

Menangislah untuk sesaat, tertawalah untuk selamanya :) jangan sesali apa yang sudah pergi, jangan tangisi apa yang sudah tiada, tapi bangkitlah untuk membangun apa yang sudah hilang :)

Calendar

Cuteki greetings

Sabtu, 28 Juli 2012

Tulisan Childish VS Selfish part 1


Annyeonghaseyo~ Thalia balik lagi setelah sekian lama menghilang. Kali ini Tyah mau bikin novel, tapi baru ada beberapa bab aja. Daripada usang mending dibagiin aja :) CMIIW ya, and don't be a silent reader. Please comment

Childish VS Selfish part 1


“HARI ini cukup sampai disini. Sempai jumpa besok. Jangan lupa kerjakan PR kalian.”
Pak Ruslam menutup buku pelajarannya ketika bel pulang berbunyi. Luna segera membereskan bukunya. Sedikit melongokkan kepalanya ke kelas X IPS 4. Untung belum bubar. Pikir Luna.
“Lun, gue pinjem catatan lo dong!” teriak Sarah dari mejanya.
“Nanti dulu deh Sar. Gue lagi buru-buru.” Jawab Luna sambil berlari keluar kelas dan menabrak Wanda dan Josh.
“Huh! Nenek sihir!” gumam Wanda.
“Hush! Jangan gitu. Nanti kedengaran nggak enak lho. Sabar aja lah.” Josh menenangkan Wanda.
Luna tak mendengarkan omongan Wanda. Walaupun kupingnya panas mendengar itu, dia lagi malas untuk berdebat.
Luna terus lari seperti polisi yang hendak ke TKP. Padahal, lorong SMA St. Patrick kalau bubaran sekolah padatnya bukan main. Harus jalan pelan-pelan jika tak mau tertabrak atau ditabrak.
Luna cuek. Semua orang langsung minggir memberti jalan untuk Luna. Ada yang pasrah, ada juga yang memaki. Luna yang lewat. Mau diapain lagi?
Luna memperlambat larinya begitu sampai di depan kelas X IPS 4. Di dalam terdengar suara riuh rendah murid yang kebelet minta pulang. Begitu Pak Iwan teriak “Sekian...”, suara riuh rendah bertransformasi menjadi teriakan-teriakan kemenangan.
Kelas hampir kosong begitu Daniel mau keluar. Dia berjalan dulu kearah Luna dan bilang “Bentar ya. Selfish.” Setelah itu dia lanjut kearah Irwan yang sudah menunggu.
Luna sudah bosan menunggu. Dia segera menuju ke tempat Daniel dkk. “YA! Cepetan! Elo mau ngebunuh gue pelan-pelan?” Luna berteriak dengan sadisnya ke Daniel.
“Sabar, selfish.”
Luna sudah tak tahan lagi. Dia menuju mobil jazz yang di parkir oleh Daniel tadi pagi. Daniel dan Luna memang satu rumah. Karena Tante Jean menitipkan Daniel pada mama-nya Luna. Mama Luna dan Daniel sendiri tidak keberatan. Tapi ada masalah pada Luna, ia tak bisa tinggal dengan orang asing.
“Nanti juga kau terbiasa.” Jawab mamanya setiap kali ditanya oleh Luna. Luna adalah blasteran Korea-Indo. Papa-nya Korea dan mama-nya Indo. Makanya dia bisa sedikit bahasa Korea.
Luna sudah duduk di dalam mobilnya. Tapi di bangian penumpang depan. Karena Luna nggak bisa bawa mobil. Jadi yang bawa mobil ya Daniel. kesabaran Luna sudah habis. Luna mengambil flip HP miliknya lalu menekan nomor Daniel. ketika Daniel mengangkat telponnya...
YA! Cepetan! Gue udah lumutan di sini nih! Kalo elo gak dateng juga, elo gak akan dapet jatah makan siang!”
“Ampun! Oke gue kesana.” Jawan Daniel di seberang sana lalu menutup telponnya. Tak lama kemudian, Daniel sampai di mobil dengan dahi penuh keringat.
Luna segera menjitak kepala Daniel ketika Daniel duduk di kursi kemudi.
“Adau! Sakit selfish!”
“Apa peduli gue? Cepet! Gue punya banyak kerjaan!”
Daniel menyalakan mesin lalu mulai mengemudi di jalanan kota Jakarta yang lumayan macet.
Selfish...” Daniel memulai pembicaraan.
“Apa?”
“Elo udah punya pacar belum?”
Luna yang sedang meminum tersedak dan terbatuk-batuk. Dia menatap tajam ke arah Daniel.
“Maksudlo?”
“Yaah... selfish otaknya lagi jongkok nih!” seru Daniel yang lalu mendapat cubitan super milik Luna.
HP Luna berbunyi, tanda ada SMS. Luna membuka flip HP-nya. Tertera kalimat ‘You have 1 new message’ di layar HP hitam tersebut.
From     : Denur
Lun, lo dmn? Gue udah ada d’dpan rmh lo. Cpetan k’sini dong!
“Cepetan. Denur udah nungguin dirumah. Gue punya banyak urusan sama dia.”
“Iya, tunggu bentar selfish! Elo gak tau apa ini mobil bukan buat balapan? Ini aja udah full.”
“Yaudah, pokoknya cepetan!”
Menempuh waktu dua puluh menit untuk sampai dirumah. Daniel memakirkan jazz-nya di garasi. Luna langsung keluar mobil begitu mobil berhenti. Dia masuk ke dalam rumah dengan kecepatan super.
“Mbak, Denur mana?”
Mbak Melda yang lagi bersih-bersih kaget. “Anu, tadi Non Denur kesini. Tapi dia pulang karena nungguin Non kelamaan. Tadi sempet ada satu jam disini.”
“Ooh. Makasih Mbak!” setelah menjawab itu Luna langsung lari ke kamar.
“Luna kenapa Mbak?” tanya Daniel.
“Ooh. Itu tadi nanyain temennya.”
“Oh, makasih Mbak.” Dan Daniel pun masuk kamar.
JJJ
TELEPON genggam alias ponsel milik Luna berdering terus dari tadi. Terpampang jelas nama ‘Irwan’ di layarnya. Hanya menatap, tak ada niat sedikitpun untuk mengangkat.
    5 Missed Call
            Walaupun teleponnya tidak diangkat, Irwan tetap kukuh pada pendiriannya. “Tak akan menyerah, dan takkan berhenti seumur hidupkuu.” Kayak lagu!
Irwan calling ...
Luna menyerah, dia mengambil ponselnya dengan kasar dan menekan tombol hijau.
“Halo!”
‘Luna, kok aku telpon dari tadi nggak diangkat?’
“Males, gue lagi belajar. Udah deh, mau elo apa?!” tanya Luna sarkastik.
‘Gue pengen ngomong sama elo. Besok, pulang seko-’
Telepon ditutup!
Luna menjauhkan ponselnya dari telinga miliknya. Menyimpannya di dalam lemari di paling bawah tumpukan pakaian. Lagu Ignorance milik Paramore terdengar sampai keluar kamar. Daniel yang kamarnya berada tepat di depan kamar Luna merasa terganggu. Daniel keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Luna.
Pintu terbuka!
“Apa?” ucap Luna sinis.
Selfish! Elo ga tau apa gue lagi belajar, jangan berisik do-” dan pintu ditutup pemirsa-pemirsa. “dasar, tetep aja kayak gitu sifatnya.” Daniel balik ke kamarnya sambil geleng-geleng kepala.
Dikamarnya, Luna sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Min Hwan oppa, sekarang kau ada dimana? Begitu memikirkan itu tak terasa bulir-bulir hangat jatuh dari pelupuk matanya. Tak lama dia mulai tertidur pulas.
JJJ
DI malam Desember butir-butir salju putih mulai jatuh dari langit, Luna kecil sedang menunggu seorang yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya, dan kekasihnya sendiri.
Oppa, cepatlah datang, aku sudah kedinginan.” Ucap lemah sang Luna kecil.
Tiba-tiba dari belakang Luna kecil ada yang mengalungkan syal, “Luna, maafkan aku, aku harus pergi. Jangan mencariku ya.”
Sang Luna kecil langsung berbalik, melihat Min Hwan kecil yang sudah menangis. “Oppa, jangan menangis, tidak apa-apa.” Ucap sang Luna kecil.
“Luna, mianhae,” Min Hwan kecil memeluk Luna. “tunggu aku kembali Luna,  aku akan ke Indonesia.”
Ne, Oppa.” Luna kecil tersenyum tipis.
JJJ
MIMPI itu lagi!
Luna terbangun dari tidurnya, tenggorokannya terasa kering, badannya penuh dengan keringat. Dia kembali teringat kepada kejadian sebelas tahun lalu kembali terbayang di pikirannya. Hal itulah yang membuat Luna seperti sekarang, merasa dibohongi, disakiti, dan di permainkan hatinya. Janji itu tak pernah di tepati oleh Min Hwan dan hingga sekarang juga Luna belum sama sekali menemukan orang yang dicarinya itu.
            Luna mengambil gelas di meja kecil samping tempat tidurnya.
Kosong!
Terpaksa ia harus mengambilnya ke bawah. Dia turun dari tempat tidurnya dan menuruni tangga untuk ke dapur. Malam-malam begini seram juga. Pikir Luna.
Dia mengambil air di kulkas dan menuangkannya di gelas, membawanya ke atas. Masuk ke kamarnya dan kembali tidur. Dan sekarang,
Dia tidak bisa tidur!
“Hhh...” Luna menghela nafas. “kenapa gue jadi ga bisa tidur? Aisshh! Ini gara-gara Min Hwan sialan!”
Luna menuju ke meja belajarnya, membuka laci meja, mengeluarkan sebuah pigura foto yang terpampang jelas wajahnya semasa kecil dan...
Min Hwan.
JJJ


YA = hei
Oppa = panggilan kakak laki-laki dari perempuan
Mianhae = maafkan aku
Ne = iya
---

Done deh :) please comment ya. Thank's for reading.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar