Annyeonghaseyo~ Thalia balik lagi setelah sekian lama menghilang. Kali ini Tyah mau bikin novel, tapi baru ada beberapa bab aja. Daripada usang mending dibagiin aja :) CMIIW ya, and don't be a silent reader. Please comment
Childish VS Selfish part 1
“HARI
ini cukup sampai disini. Sempai jumpa besok. Jangan lupa kerjakan PR kalian.”
Pak Ruslam menutup buku pelajarannya ketika bel pulang
berbunyi. Luna segera membereskan bukunya. Sedikit melongokkan kepalanya ke
kelas X IPS 4. Untung belum bubar. Pikir Luna.
“Lun, gue pinjem catatan lo dong!” teriak Sarah dari
mejanya.
“Nanti dulu deh Sar. Gue lagi buru-buru.” Jawab Luna sambil
berlari keluar kelas dan menabrak Wanda dan Josh.
“Huh! Nenek sihir!” gumam Wanda.
“Hush! Jangan gitu. Nanti kedengaran nggak enak lho. Sabar
aja lah.” Josh menenangkan Wanda.
Luna tak mendengarkan omongan Wanda. Walaupun kupingnya
panas mendengar itu, dia lagi malas untuk berdebat.
Luna terus lari seperti polisi yang
hendak ke TKP. Padahal, lorong SMA St. Patrick kalau bubaran sekolah padatnya
bukan main. Harus jalan pelan-pelan jika tak mau tertabrak atau ditabrak.
Luna cuek. Semua orang langsung minggir
memberti jalan untuk Luna. Ada yang pasrah, ada juga yang memaki. Luna yang
lewat. Mau diapain lagi?
Luna memperlambat larinya begitu sampai
di depan kelas X IPS 4. Di dalam terdengar suara riuh rendah murid yang kebelet
minta pulang. Begitu Pak Iwan teriak “Sekian...”, suara riuh rendah
bertransformasi menjadi teriakan-teriakan kemenangan.
Kelas hampir kosong begitu Daniel mau
keluar. Dia berjalan dulu kearah Luna dan bilang “Bentar ya. Selfish.” Setelah itu dia lanjut kearah
Irwan yang sudah menunggu.
Luna sudah bosan menunggu. Dia segera
menuju ke tempat Daniel dkk. “YA!
Cepetan! Elo mau ngebunuh gue pelan-pelan?” Luna berteriak dengan sadisnya ke
Daniel.
“Sabar, selfish.”
Luna sudah tak tahan lagi. Dia menuju
mobil jazz yang di parkir oleh Daniel
tadi pagi. Daniel dan Luna memang satu rumah. Karena Tante Jean menitipkan
Daniel pada mama-nya Luna. Mama Luna dan Daniel sendiri tidak keberatan. Tapi
ada masalah pada Luna, ia tak bisa tinggal dengan orang asing.
“Nanti juga kau terbiasa.” Jawab
mamanya setiap kali ditanya oleh Luna. Luna adalah blasteran Korea-Indo.
Papa-nya Korea dan mama-nya Indo. Makanya dia bisa sedikit bahasa Korea.
Luna sudah duduk di dalam mobilnya.
Tapi di bangian penumpang depan. Karena Luna nggak bisa bawa mobil. Jadi yang
bawa mobil ya Daniel. kesabaran Luna sudah habis. Luna mengambil flip HP
miliknya lalu menekan nomor Daniel. ketika Daniel mengangkat telponnya...
“YA!
Cepetan! Gue udah lumutan di sini nih! Kalo elo gak dateng juga, elo gak akan
dapet jatah makan siang!”
“Ampun! Oke gue kesana.” Jawan Daniel
di seberang sana lalu menutup telponnya. Tak lama kemudian, Daniel sampai di
mobil dengan dahi penuh keringat.
Luna segera menjitak kepala Daniel
ketika Daniel duduk di kursi kemudi.
“Adau! Sakit selfish!”
“Apa peduli gue? Cepet! Gue punya
banyak kerjaan!”
Daniel menyalakan mesin lalu mulai
mengemudi di jalanan kota Jakarta yang lumayan macet.
“Selfish...”
Daniel memulai pembicaraan.
“Apa?”
“Elo udah punya pacar belum?”
Luna yang sedang meminum tersedak dan
terbatuk-batuk. Dia menatap tajam ke arah Daniel.
“Maksudlo?”
“Yaah... selfish otaknya lagi jongkok
nih!” seru Daniel yang lalu mendapat cubitan super milik Luna.
HP Luna berbunyi, tanda ada SMS. Luna
membuka flip HP-nya. Tertera kalimat ‘You
have 1 new message’ di layar HP hitam tersebut.
From : Denur
Lun, lo dmn? Gue udah ada d’dpan rmh lo. Cpetan k’sini dong!
“Cepetan. Denur udah nungguin dirumah.
Gue punya banyak urusan sama dia.”
“Iya, tunggu bentar selfish! Elo gak tau apa ini mobil bukan
buat balapan? Ini aja udah full.”
“Yaudah, pokoknya cepetan!”
Menempuh waktu dua puluh menit untuk
sampai dirumah. Daniel memakirkan jazz-nya
di garasi. Luna langsung keluar mobil begitu mobil berhenti. Dia masuk ke dalam
rumah dengan kecepatan super.
“Mbak, Denur mana?”
Mbak Melda yang lagi bersih-bersih
kaget. “Anu, tadi Non Denur kesini. Tapi dia pulang karena nungguin Non
kelamaan. Tadi sempet ada satu jam disini.”
“Ooh. Makasih Mbak!” setelah menjawab
itu Luna langsung lari ke kamar.
“Luna kenapa Mbak?” tanya Daniel.
“Ooh. Itu tadi nanyain temennya.”
“Oh, makasih Mbak.” Dan Daniel pun
masuk kamar.
JJJ
TELEPON genggam alias ponsel milik Luna berdering terus dari
tadi. Terpampang jelas nama ‘Irwan’ di layarnya. Hanya menatap, tak ada niat
sedikitpun untuk mengangkat.
5
Missed Call
Walaupun
teleponnya tidak diangkat, Irwan tetap kukuh pada pendiriannya. “Tak akan
menyerah, dan takkan berhenti seumur hidupkuu.” Kayak lagu!
Irwan calling ...
Luna menyerah,
dia mengambil ponselnya dengan kasar dan menekan tombol hijau.
“Halo!”
‘Luna, kok aku
telpon dari tadi nggak diangkat?’
“Males, gue lagi
belajar. Udah deh, mau elo apa?!” tanya Luna sarkastik.
‘Gue pengen
ngomong sama elo. Besok, pulang seko-’
Telepon ditutup!
Luna menjauhkan
ponselnya dari telinga miliknya. Menyimpannya di dalam lemari di paling bawah
tumpukan pakaian. Lagu Ignorance milik Paramore terdengar sampai keluar kamar.
Daniel yang kamarnya berada tepat di depan kamar Luna merasa terganggu. Daniel
keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Luna.
Pintu terbuka!
“Apa?” ucap Luna
sinis.
“Selfish! Elo ga tau apa gue lagi
belajar, jangan berisik do-” dan pintu ditutup pemirsa-pemirsa. “dasar, tetep
aja kayak gitu sifatnya.” Daniel balik ke kamarnya sambil geleng-geleng kepala.
Dikamarnya, Luna
sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Min Hwan oppa, sekarang kau ada dimana? Begitu memikirkan itu tak terasa
bulir-bulir hangat jatuh dari pelupuk matanya. Tak lama dia mulai tertidur
pulas.
JJJ
DI malam Desember
butir-butir salju putih mulai jatuh dari langit, Luna kecil sedang menunggu
seorang yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya, dan kekasihnya sendiri.
“Oppa, cepatlah datang, aku sudah kedinginan.” Ucap lemah sang Luna kecil.
Tiba-tiba
dari belakang Luna kecil ada yang mengalungkan syal, “Luna, maafkan aku, aku
harus pergi. Jangan mencariku ya.”
Sang
Luna kecil langsung berbalik, melihat Min Hwan kecil yang sudah menangis. “Oppa, jangan menangis, tidak apa-apa.” Ucap sang Luna kecil.
“Luna,
mianhae,” Min Hwan kecil memeluk Luna. “tunggu aku kembali Luna, aku akan ke Indonesia.”
“Ne, Oppa.” Luna kecil tersenyum tipis.
JJJ
MIMPI
itu lagi!
Luna terbangun
dari tidurnya, tenggorokannya terasa kering, badannya penuh dengan keringat.
Dia kembali teringat kepada kejadian sebelas tahun lalu kembali terbayang di
pikirannya. Hal itulah yang membuat Luna seperti sekarang, merasa dibohongi,
disakiti, dan di permainkan hatinya. Janji itu tak pernah di tepati oleh Min
Hwan dan hingga sekarang juga Luna belum sama sekali menemukan orang yang dicarinya
itu.
Luna
mengambil gelas di meja kecil samping tempat tidurnya.
Kosong!
Terpaksa ia harus
mengambilnya ke bawah. Dia turun dari tempat tidurnya dan menuruni tangga untuk
ke dapur. Malam-malam begini seram juga.
Pikir Luna.
Dia mengambil air
di kulkas dan menuangkannya di gelas, membawanya ke atas. Masuk ke kamarnya dan
kembali tidur. Dan sekarang,
Dia tidak bisa
tidur!
“Hhh...” Luna
menghela nafas. “kenapa gue jadi ga bisa tidur? Aisshh! Ini gara-gara Min Hwan
sialan!”
Luna menuju ke
meja belajarnya, membuka laci meja, mengeluarkan sebuah pigura foto yang
terpampang jelas wajahnya semasa kecil dan...
Min Hwan.
JJJ
YA = hei
Oppa = panggilan kakak laki-laki dari
perempuan
Mianhae = maafkan aku
Ne = iya
---
Done deh :) please comment ya. Thank's for reading.